Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah,
Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda
Rasulillah, keluarga dan para sahabatnya.
Selain dikenal sebagai syahru shiyam,
syahru qiyam, dan syahru Qur'an, Ramadhan juga masyhur dengan syahru
muwasah (bulan bersimpati dan menolong) kepada fakir miskin dengan
berbagi dan bersedekah. Dan bersedekah ini, termasuk salah satu dari
amal utama di bulan yang sangat mulia ini.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
adalah manusia paling dermawan. Dan beliau lebih demawan ketika di
bulan Ramadhan. Beliau menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada
angin yang berhembus dengan lembut. Beliau bersabda, "Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan Ramadhan." (HR. Al-Tirmidzi dari Anas)
. . . Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah manusia paling dermawan. Dan beliau lebih demawan ketika di bulan Ramadhan. . .
Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan
memiliki keistimewaan dan kelebihan. Dan ini haruslah menjadi
motifator/pendorong seorang muslim menjadi lebih dermawan pula di bulan
yang mulia. Maka pada tulisan ini kami akan tuturkan beberapa sebab yang
lebih bisa mendorong kaum mukminin yang sedang berpuasa Ramadhan untuk
lebih dermawan di dalamnya. Antara lain:
1. Kemuliaan zaman
(waktu) dan dilipat gandakannya amal-amal shalih di dalamnya. Dalam
Sunan al-Tirmidzi, dari Anas bin Malik secara marfu', "Shadaqah yang
paling utama adalah pada bulan Ramadhan."
2. Membantu shaimin,
qaimin, dan dzakirin untuk menjalankan ketaatan mereka. Inilah yang
menjadi sebab ia mendapatkan pahala seperti pahala mereka. Dalam hadits
Zaid bin Khalid, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
"Siapa yang memberi berbuka orang
puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi
dari pahalanya sedikitpun." (HR. Ahmad, al-Tirmidzi, Nasai, dan dishahihkan al-Albani)
3. Bahwasanya bulan Ramadhan adalah bulan di mana Allah berderma
(melimpahkan kebaikan) kepada para hamba-Nya dengan mecurahkan rahmat,
maghfirah, dan pembebasan dari neraka, terlebih di Lailatul Qadar. Allah
Ta'ala akan menyayangi para hamba-Nya yang senang mengasihi yang lain.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
إِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
"Sesungguhnya Allah akan merahmati para hamba-Nya yang ruhama' (suka mengasihi yang lainnya)."
(HR. Al-Buhkari) Maka siapa yang berderma kepada hamba Allah, maka
Allah akan berderma kepadanya dengan pemberian dan karunia. Dan balasan
itu sesuai dengan jenis amal.
4. Puasa dan shadaqah, keduanya menjadi sebab yang bisa menghantarkan ke surga. Seperti yang terdapat dalam hadits Ali Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
beliau bersabda, "Sesungguhnya di surga terdapat ruangan yang dalamnya
bisa dilihat dari luarnya dan luarnya bisa dilihat dari dalamnya." Lalu
para sahabat bertanya: "Untuk siapa itu wahai Rasulullah?" Beliau
menjawab,
لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
"Bagi siapa yang baik tutur katanya,
memberi makan, kontinyu melaksanakan shiyam, dan shalat malam karena
Allah di saat manusia tertidur." (HR. Al-Tirmidzi)
Amal-amal ini terkumpul pada bulan
Ramadhan, di mana seorang mukmin mengumpulkan shiyam, qiyam, shadaqah,
dan berkata yang baik di dalamnya. Pada saat yang sama, orang yang puasa
menahan diri dari tindakan lahwun (sia-sia) dan tercela.
Shiyam, shadaqah, dan shalat bisa menghantarkan pelakunya kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Sebagian ulama salaf berkata, "Shalat menghantarkan pelakunya kepada
pertengahan jalan, puasa menghantarkannya sampai ke pintu raja,
sementara shadaqah meraih tangannya untuk dimasukkannya menemui sang
raja."
Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya kepada para sahabatnya, "Siapa di antara kalian di pagi ini yang berpuasa?" Abu Bakar menjawab, "Saya."
Beliau bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang sudah mengantarkan jenazah hari ini?" Abu Bakar menjawab, "Saya."
Beliau bertanya lagi, "Siapa yang sudah
memberi makan orang miskin hari ini?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Beliau
bertanya lagi, "Siapa yang sudah mengeluarkan shadaqah?" Abu Bakar
menjawab, "Saya."
Lalu beliau bertanya lagi, "Siapa di
antara kalian yang sudah menjenguk orang sakit?" Abu Bakar menjawab,
"Saya." Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tidaklah amal-amal tersebut terkumpul pada diri seseorang kecuali ia akan masuk surga."
5. Berkumpulnya puasa
dan shadaqah lebih kuat untuk dihapuskannya kesalahan, dipelihara dari
jahannam, dan dijauhkan darinya. Lebih lagi, kalau digabung dengan
qiyamullail. Terdapat sebuah hadits, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Puasa menjadi tameng." (HR. al-Nasai)
Dalam riwayat lain, "Tameng salah
seorang kalian dari neraka sebagaimana tameng yang melindunginya dari
serangan musuh." (HR. al-Nasai)
Dalam hadits Mu'adz, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
والصَّدقَةُ تُطْفِئُ الخَطيئَةَ كَما يُطفئُ الماءُ النارَ ، وصَلاةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوفِ اللَّيلِ
"Sedekah menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam." (HR. Al-Tirmidzi)
Abu Darda' Radhiyallahu 'Anhu berkata,
صلوا في ظلمة الليل ركعتين لظلمة القبور، صوموا يوماً شديداً حرُّه لحر يوم النشور، تصدَّقوا بصدقة لشرِّ يوم عسير
"Shalatlah dua rakaat di kegelapan malam
untuk gelapnya kubur, berpuasalah di hari yang sangat panas untuk
(menebus) panasnya hari perhimpunan, dan bershadahlah dengan shadaqah
(menebus) untuk hari yang sulit."
6. Dalam pelaksanaan
puasa pastilah ada cacat dan kurang, sedangkan puasa bisa menghapuskan
dosa-dosa bila puasanya memenuhi syaratnya, yaitu terjaga dari yang
seharusnya dipeliharanya. Hal ini seperti yang terdapat dalam hadits
yang dikeluarkan Ibnu Hibban dalam Shahihnya.
Umumnya manusia, puasanya tidak memenuhi
syarat-syarat yang harus dipeliharanya. Oleh karena itu, seseorang
dilarang mengatakan: "Aku telah berpuasa atau qiyam Ramadhan secara
sempurna." Maka shadaqah menutup kekurangan dan cacat padanya.
Karenanya, pada akhir Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah
sebagai permbersih bagi orang yang berpuasa dari perkara lahwun dan
perbuatan tercela.
7. Orang yang berpuasa
meninggalkan makan dan minumnya karena Allah. Jika ia menolong para
shaimin untuk bertakwa dengan menyediakan makan dan minum untuk mereka
maka kedudukannya seperti orang meninggalkan sikap egoisnya karena Allah
dengan memikirkan dan membantu yang lain. Karena itu disyariatkan
mengajak orang lain untuk berbuka bersamanya yang pada saat itu makanan
menjadi sesuatu yang paling disukainya. Jika ia bisa berbagi dengan yang
lain, semoga ia menjadi bagian dari orang yang memberi makanan yang
disukainya kepada yang lain. Hal itu sebagai wujud syukur kepada Allah
atas nikmat dibolehkannya makan dan minum untuknya setelah sebelumnya
dilarang. Dan nikmat makan dan minum akan terasa luar biasa setelah
sebelumnya tidak dibolehkan.
Sebagian ulama salaf saat ditanya
tentang hikmah disyariatkan berpuasa menjawab, "Supaya orang kaya
merasakan rasanya lapar sehingga tidak lupa terhadap orang-orang
kelaparan." Dan ini termasuk hikmah dan faidah pelaksanaan ibadah
shaum.
Disebutkan dalam hadits Salman, bahwa bulan Ramadhan adalah bulan muwasah
(bersimpati/menolong orang lain). Maka siapa yang tidak mampu
mengutamakan orang lain atas dirinya maka tidak termasuk orang yang suka
menolong. Maka kita lihat banyak ulama salaf yang lebih mengutamakan
orang lain saat berbuka, bahkan melayaninya. Adalah Ibnu Umar saat
berpuasa, ia tidak berbuka kecuali bersama orang-orang miskin. Jika
keluarganya melarangnya, maka ia tidak makan pada malam itu. Dan jika
datang seorang pengemis padahal ia bersiap akan makan, maka ia ambil
sebagian dari makanan itu lalu ia bawa pergi untuk diberikan kepada
pengemis tadi, dan saat ia kembali sisa makanan tadi sudah habis dimakan
keluarganya, maka pada saat itu ia berpuasa dan tidak makan apa-apa.
8. Sebab lainnya,
kenapa kaum muslimin bersikap dermawan pada bulan Ramadhan ini adalah
seperti yang diutarakan oleh Imam Syafi'i, al-Qadhi 'Iyadh, Abu Ya'la,
dan lainnya rahimahumullah, "Sesuatu yang paling disuka oleh
seseorang dalam menambah kedermawanan di bulan Ramadhan adalah karena
mencontoh kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam." Juga
karena pada bulan tersebut manusia terdesak dengan kebutuhan pokoknya
sementara kesibukan kerja mereka tersita dengan ibadah shaum dan shalat
tarawih. Sehingga jika orang kaya berbagi kepada saudara muslimnya yang
kurang mampu, ia telah meringankan beban orang lain dan mempermudah
urusannya. Dan Allah senantiasa menolong hamba, selama dia gemar
menolong sesamanya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ
نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ
عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى
مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ . . .
وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
"Siapa yang menghilangkan kesulitan
seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah
akan menghilangkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang
memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan
baginya di dunia dan akhirat. . . dan Allah akan senantiasa menolong
seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya." (HR. Muslim)
Hadits tersebut menunjukkan keutamaan
memenuhi kebutuhan kaum muslimin, memberi kemanfaatan bagi mereka dengan
ilmu, harta, bantuan, nasihat, arahan kepada yang lebih bermanfaat
baginya, dan yang lainnya. Wallahu Ta'ala A'lam.